Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Find Your Heart a Home

"Faredy in a relationship sekarang," kata seorang sahabat tergopoh-gopoh.
"Good lah!" saya menjawab sekenanya.
"Hah? Kok cuma begitu tanggapannya?"
Saya tersenyum tipis.


Faredy, dia sahabat lama saya. Kami satu angkatan saat SMA dengan ekskul yang berbeda. Tapi dia pernah hidup di basecamp kami, ketika basecamp-nya dijadikan kantin. Lalu dia pernah menyimpan hasrat kepada seorang adik kelas kami di SMA yang ikut ekskul di bawah asuhan saya (sebenarnya dia ikut ekskul di bawah asuhan Faredy juga).

Semua bukan berawal dari itu. Awal semuanya adalah ketika akhirnya kami bertemu via sebuah jejaring sosial. Mulai dari kami mengobrol tentang masa SMA yang pernah gila, lalu menanyakan tentang Putri dan Sisca. Tentu saya kenal baik, they're my classmates. Ternyata teman sekelas dia adalah pacar Sisca...kami ngakak, ternyata dunia ini sempit. Obrolan berikutnya tentang seorang adik tingkat saya beda jurusan dan fakultas, Nataria (jurusan dan angkatan ada pada penulis, hehehe). Ternyata dia adalah adik kost saya di kost lama, satu pemilik kost tapi beda paviliun..kami ngakak (lagi), ternyata dunia ini sempit.

Kami mulai akrab, dia mulai menceritakan perjalanan hatinya dengan orang yang sama-sama kami kenal. Saat itu saya sedang jalan dengan Mo, meski pada akhirnya saya harus menangis mendengar sebuah pengakuan yang menyakitkan dari Mo. Tapi saya tidak menceritakan itu pada dia, bukan kapasitas dia untuk tahu masalah hidup saya.

Setelah sekian waktu dia mundur dari berjuang mempertahankan perasaannya pada Nata, saya tidak menyadari bahwa dia akhirnya mencoba mendekati saya atas saran seorang sahabat kami. Saya tidak tahu-menahu, karena obrolan kami masih seperti sedia kala hanya saja kadang dia menyelipkan ungkapan rasanya, yang saya anggap guyon karena kami sering mengobrol seperti itu. Ungkapan rasa yang jujur akhirnya keluar dari mulut dia beberapa bulan lalu saat dia mendatangi saya ke kost.

Saya saat itu sedang benar-benar sedih karena menunggu keputusan seseorang tentang kelanjutan hubungan kami dan hidup saya berikutnya. Beruntungnya saya masih diberi kesadaran dan tidak memanfaatkan perasaan dia pada saya. Saya hanya mengatakan padanya...
"Aku tidak bisa memberi jawaban apapun, tapi aku tidak akan mengikatmu apalagi memintamu menungguku yang sedang menata hidupku yang kacau balau. Jangan biarkan hatimu terus berharap padaku. Seperti apapun rasamu padaku, biarkan hatimu tetap terbuka untuk orang lain. Jika memang ada takdir, Tuhan tidak akan menempatkan orang yang salah."

Pada akhirnya, saya bahagia mendengar kabar bahagia itu. Saya bahagia dia moved on. Saya bahagia dia mendengar apa yang saya katakan. Saya bahagia dia mengikuti saran saya. Saya mendoakan selalu yang terbaik untuknya dan kehidupan dia selanjutnya.

Lalu kenapa saya menjawab sekenanya saat seseorang membawa berita itu?

Saya sedang pusing mikir statistik try-out test thesis saya. Kredibilitas saya yang mendapat nilai sempurna untuk mata kuliah statistik sedang diuji ketika berhadapan langsung dengan data asli dan harus bekerja secermat mungkin, karena kesalahan kecil akan mengacaukan seluruh hasil...no excuse... (hahaha...curcol dikit)

 

Take a second out to think about this: 
In your life you search and search for the right person for you. 
Every time you break up with someone you get one step closer to that person. 
You should look at moving on as getting closer to meeting the one.
-Ian Philpot-



0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date