Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Melepasmu #2

Iya. Aku terkejut, shock, kaget, atau apalah namanya. Dia tidak pernah memberitahu tentang kepergiannya. Aku tidak tahu rasanya, antara sedih, marah, kecewa,bahagia, rindu, campur aduk. Walau hanya bisa diam sekian jam memandang detak jarum jam yang kuharap bisa berdetak 10 detik lebih lama (lebay..lebay..), jadi waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Kalau dibilang galau, ini lebih dari sekedar galau.
Huft.

"Kamu mau kemana?" tanyaku menahan tangis.

Dia menjelaskan dengan ceria, riang gembira, berbunga-bunga yang membuatku makin sendu, pilu, rindu. Dia ini sebenarnya tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kalau aku setengah marah karena aku tahu dari orang lain.

Baiklah...baiklah... Aku memang akhirnya hanya bisa terkekeh-kekeh menutupi rasa yang meletup-letup antara haru dan ingin marah. Bagaimana pun, aku tak bisa memintanya menunda keberangkatan atau bahkan memintanya tidak berangkat.

Kebersamaan, keceriaan, tangis, tawa, kopi, bintang, langit dan semua pelukan saat gundah, masih akan terasa di tiap aku mengenang dia. Hati dan perasaanku tidak bisa tak terluka mengingat semua kenangan indah kami. Tidak akan ada waktu seperti dulu. Waktu tidak akan mungkin bisa diputar kembali ke masa lalu. Takdir sudah membawa jalan yang harus kutempuh. Sendiri.

Duhduh...mellow banget.
Welcome to Danau Galau!

"Kamu bisa pergi ke dukun kalau kamu kangen aku," katanya riang.

"Itu bukan kalimatmu!" Aku kesal.

"Hehehe... Iya. Aku pinjam dari seseorang. Toh, aku tak perlu bayar royalti untuk memakai kalimat itu."

"Oke. Fine. Jangan bikin aku makin mellow. Aku tak lagi bisa rindu padamu seperti dulu, kamu sudah jadi milik orang lain."

"Hehehe... Aku punya lagu pas buatmu: terlarang sudah rinduku padamu.*" (*syair lagunya Broery Marantika dan Dewi Yul yang direcycle beberapa penyanyi baru)

Aku sangat ingin menangis mendengarnya seolah tanpa beban di seberang sana. Padahal kami akan berpisah jauh. Terpisah oleh laut, gunung, dan hutan (masih lebay). Kenapa dia seperti tidak merasa sedih? Jangan-jangan dia sedang sedih juga, tapi menutupinya? Atau dia terlalu bahagia bisa bersama orang yang dia cintai, sehingga tidak merasa sedihku? Atau apa?

Aaarrgghh...
Hiks..

Aku tidak mau ingat hari apa dia berangkat. Tapi sungguh hari ini aku merindukannya sepenuh hati. Aku ingin menangis sejadi-jadinya mengingat dia. Semua kenangan bersama, indah, sedih, marah, semuanya. Kini tidak akan ada lagi senja yang jedanya kami gunakan untuk menikmati kebersamaan, saling menggenggam tangan erat, menikmati semilir angin yang mencoba menemani kami. Rinai hujan juga seperti tahu rinai rinduku yang menggebu (ini juga lebay).

Ah, aku tidak akan menangis. Aku hanya kalut melepas dia. Belum terbiasa sendiri tanpa dia. Baru beberapa saat kok.

Sms pertama dari dia membuatku tersenyum sekaligus terharu.
"I'm landing! Akhirnya aku merasakan apa yang kamu rasakan, the way u cry on a bus a moment after u got ur bus on ur way home. Aku merasakan sedihnya meninggalkan daripada ditinggalkan."



Sudut rindu, 17112011



end note: saya masih belum bisa menulis hal baru, jadilah memposting tulisan lama ketika melepas dia pergi.

picture from here
 It isn't possible to love and part.
You will wish that it was.
You can transmute love, ignore it, muddle it, 
but you can never pull it out of you.
I know by experience that the poets are right: love is eternal.

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date