Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Bernama Cinta

Hanya satu tulisan di bulan September. Bukan malas, bukan tidak menulis, hanya tidak ingin mempublikasikannya. Terlalu banyak hal yang tidak bisa dituang dalam tulisan di layar 7 inch di hadapan saya. Overall, semua baik-baik saja meski banyak hal juga yang tak terlalu baik.

Saya sedikit jengah dengan orang-orang yang tidak pernah berhenti bertanya. Terkadang, mereka yang bertanya bukanlah orang-orang yang sungguh peduli. Mereka tidak pernah tahu bahwa efek pertanyaan 5W1H yang mereka lontarkan itu berdampak seperti apa setelah mereka ucapkan atau tuliskan. Tidak ada yang benar-benar tahu bahwa saya harus menahan bibir agar tetap melengkung ke atas di saat the devil of my life wanna send them to the hell.

Agak sedikit sarkas, tapi yaa begitu lah.

Sebagian lagi bertanya tentang hal yang saya coba tutup rapat-rapat. Saya sebenarnya baik-baik saja ketika mereka berkata bahwa saya masih berdiri di tempat yang sama. Tapi saya kesal setengah hidup ketika saya dipojokkan karena dianggap tidak mau melupakan rasa saya pada seseorang. Well, apakah mengingat seseorang harus berarti melampirkan rasa yang selalu sama? Kalau saya mengingat orang yang pernah saya cintai, bukan berarti saya tidak bisa hidup tanpa dia. Walau -mungkin- rasa saya tidak pernah berubah, tapi hidup saya tetap berjalan meski tanpa dia atau orang lain.

But then, saya memilih diam karena tidak ada gunanya mendebat orang yang -ibaratnya- hanya tahu cangkang kerang tanpa pernah mengintip dalamnya. Mereka tidak pernah tahu apakah saya pernah mencium satu atau seribu orang, mereka tidak pernah tahu berapa puluh atau berapa ribu kali saya berdoa dalam sehari, atau mereka tidak pernah tahu berapa nominal yang terpampang di layar mesin ATM ketika saya memasukkan kartu kaku itu. Mereka tidak pernah tahu.

Tapi saya bisa apa selain membiarkan mereka bicara seenak kepala mereka.

Pun saya tidak mau memberi harapan palsu pada mereka yang terlalu baik itu. Mereka -juga- tidak pernah tahu bagaimana saya menjalani cinta lama saya. Mereka memang tak harus tahu, tapi saya tidak mau membuat mereka kecewa karena mendapati bahwa saya bukan orang suci seperti yang ada di dalam awan di atas kepala mereka. Bagi mereka yang tidak terlalu baik, saya tidak menangisi kepergian mereka. Saya cukup mempersilakan mereka mencari orang yang lebih baik dari saya. Saya cukup tahu diri, berdasar apa yang pernah saya lakukan demi memuaskan isi otak dan hati saya. Dan saya beri nama cinta.

Well! Done!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date