Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Rasa tanpa Nama

Saya bertopang dagu, memandang seorang wanita di hadapan saya yang juga sedang mengamati saya. Saya tidak tahu apa yang membuatnya balik menatap saya dengan tatapan nanar seperti itu. Melihatnya diam seperti itu, saya pun tak ingin bicara lebih dulu padanya. Biar dia memulai bicara jika dia memang ingin bicara padaku.

"Hei, kamu!"

Saya sedikit mendongak, bersitatap lagi dengannya. Dengan gerakan mata, saya mencoba bertanya.

"Aku lelah." Keluhnya dengan nada ditekan agar tak terdengar serak di telingaku. "Aku ingin memejamkan mata, tapi tidak bisa. Kamu kenapa belum tidur? Apa yang kamu lakukan di situ?"

Aku tersenyum tipis sambil sedikit mengangkat bahu.

"Aku ingin tidur bersamanya. Menikmati menyentuh kulitnya, mendengarnya bernafas, dan merindukannya ciumannya. Lagi." Dia menambahkan kata 'lagi' dengan penekanan. "Aku ingin seharian bergelung bersamanya di atas ranjang. Bercerita banyak hal dan merasakan tangannya di puncak kepalaku."

Aku tidak menjawab. Membiarkannya terus berujar tentang kenangan-kenangan lampau. Kalau dia pikir hanya dia yang punya masa lalu, maka kupastikan bahwa dia salah.

"Alih-alih merindukanku, dia mungkin telah sangat membenciku. Benci karena pernah menjadikan aku bagian kecil dari hidupnya. Kalau tidak, tentu saja dia masih di sini menjadi sebab dari senyum yang tak terputus. Sayangnya tidak begitu. Dia merasa hidupnya lebih damai tanpa aku, meski dia menyangkalnya."

Aku masih tidak menjawab. Tidak ada gunanya, batinku.

"Apa kamu merindukan seseorang juga?" tanyanya.

Aku menghela nafas membiarkan sedikit udara memenuhi dadaku. Mendeham, seolah membersihkan tenggorokan, kemudian, "Aku tidak bisa memberi nama rasaku ini. Biar hanya Tuhan dan aku yang tahu tentang rasa tak bernama ini. Aku pun lelah bersitegang untuk hal yang sebenarnya sangat kecil."

Dia menatapku dengan mata bulatnya kemudian tersenyum. Aku membalas senyumnya. Lalu kami masing-masing berbalik dari tempat duduk kami. Dan kuyakin punggung kami saling menjauh.


That's all.




If happy ever after did exist
I will still be holding you like this
-Maroon 5-


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date