Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Mencoba Kembali

Di hari saya merindukan seorang sosok di seberang sana, saya tidak pernah menyangka ada rasa yang sama. Sesungguhnya saya telah meyakini bahwa saya benar-benar akan menjauh dari segala rasa yang saya idap. Namun pertengkaran demi pertengkaran membuat satu sisi hati saya luluh untuk menerima permintaannya.

Dan di sinilah akhirnya saya berdiri. Kembali berjuang untuk sebuah nama yang sama. Meski sesungguhnya ada yang bergolak dalam batin saya, namun entah apa. Biarlah saya mencoba mencicipi kembali, dan saya tahu bahwa pahit itu masih saya kecap.

Saya mencoba belajar untuk menjadi saya yang lebih mengerti orang lain, dan yang pasti saya belajar menjadi lebih baik. Bila pada akhirnya hati saya meragu setelah beradu rindu, biar Tuhan yang menunjukkan bagaimana langkah saya berikutnya. Saya masih ingin menjadi diri saya sendiri. Dan setitik jiwa saya ingin membuat dia berada pada koridor saya.

Ikhtiar saya atas nama Tuhan, karena saya sudah terlalu lelah menjalani segala semu dan ragu.

I never change, I simply become more myself. ~Joyce Carol Oates


Berpaling dalam Balutan Rindu

Saya masih berusaha membuat diri saya yakin.
Pesona atau kenangan, atau entah apa namanya. Saya memang masih menyimpannya dalam sadar saya yang teramat sadar. Mungkin masih penuh dengan segala bentuk harapan, mimpi, doa, dan kenangan.
Dalam keadaan apa pun, saya tidak pernah membencinya setelah segala kebersamaan. Saya memang memilih untuk berdiri di atas kaki saya sendiri setelah menyadari bahwa saya harus melangkah menjauh dari hidupnya. Harapan terbesar saya adalah dia bahagia dengan apa yang telah menjadi pilihan hidupnya. Bukan saya, tentu saja.
Senyum saya masih kadang terkembang membaca harapan yang dulu pernah tertulis di atas pasir. Dan saya tahu, angin menerbangkannya seperti harapan itu tak pernah tertulis, tak pernah terucap. Karena saya pun sedang mencoba menghapusnya perlahan. Tak ada yang ingin saya sisakan dari perjalanan yang telah berlalu.
Saya menikmati emoticon romantis yang ditujukan untuk nama saya. Tapi saya kesal, saya kecewa. Dan segala bentuk pertengkaran membuat saya benar-benar tidak ingin kembali pada jalan setapak itu. Jika memang saya meninggalkan jejak, biarkan jejak saya terhapus hujan deras yang mendinginkan bumi. Saya harap, saya tidak akan pernah meninggalkan apa pun.
Hanya saja, saya memang masih sering ragu. Keraguan yang tidak dapat sembunyikan pada cermin yang berdiri di depan saya berdiri. Meski saya membacanya sebagai proses perjalanan, tapi saya tak urung memendam rindu yang tidak mampu saya ejawantahkan bahkan lewat sebuah hembusan nafas.
Ah, saya memilihnya. Saya sudah berjalan jauh dan tidak akan kembali ke tempat di mana saya meninggalkan semua rasa atas nama kebaikan.
Rindu akan hidup dengan dunia yang baru.
 
For this soul, somewhere there must one made.

Picture here

Hidupku Memang Jungkir Balik

Goodbye, May.. Welcome June.

Saya tidak tahu kenapa rasanya dunia saya beberapa hari ini jungkir balik (ah, lebay deh).

Seperti tiba-tiba malas ngampus padahal hanya untuk tanda tangan ijasah yang sudah saya impikan sejak 20 bulan kemarin. (Anyway, thanks buat teman-teman yang sudah mengguyurkan support saat males ngampus dan  males wisuda melanda siang dan malam saya)

Mendapat sms basa-basi dari direktur tempat saya pernah mengabdi selama 2 tahun, hingga akhirnya memilih resign. Saya sebenarnya tahu kalau beliau masih ingin ‘menarik’ saya menjadi dosen lagi apalagi dengan kualifikasi pendidikan saya yang baru, tapi masih pula dengan ego beliau yang setinggi awan dan pura-pura gak butuh otak dan tenaga saya. (Sorry, Ma’am, I wont be there anymore after you did those suck things to me above all my loyality).

Saya diminta sibling saya satu-satunya untuk mengaktifkan lagi akun mukabuka (red. Facebook) hehehe. Saya tahu sekali maksud dia baik, baik sekali, meski dia selalu mengandalkan istrinya untuk bilang pada saya. Yeah, menurut dia, komunikasi antar perempuan itu bisa lebih light, natural, glow (aiah...kok gak nyambung). Tapi sejujurnya saya lebih suka dia sendiri yang minta saya untuk melakukannya, secara dia kakak kandung saya yang ulang tahunnya hanya beda 35 hari. Tapi angka tahun lahirnnya beda. Hehehehe. (Really. I wish that thing you planned to give to me, will be the best present for my birthday present this year. Amien.)

Kebiasaan lama saya kambuh lagi. Saya memasang jumlah lagu minimal dan mendengarkannya berulang-ulang sejak netbook nyala sampai mematikannya. Tapi sekarang jumlahnya bukan jumlah minimal terkecil, tapi tetap saja tidak sampai 10 lagu dalam playlist. Dulu waktu kuliah di Surabaya, adik kost saya sampai mengomentari, “ Mbak, lagunya dari pagi sampai malem kok cuma itu doang. Kalau gak punya koleksi lagu, noh banyak di laptopku.” Jurus andalan saya, senyum atau tertawa, karena saya tahu kalau adik kost saya paham bahwa saya hanya memutar lagu yang benar-benar sesuai dengan mood saya meski pun saya punya ribuan lagu di folder yang biasanya saya beri nama “sound” atau “music

Selebihnya, saya menghabiskan pagi, siang, sore, senja, malam, tengah malam, dan pagi buta saya untuk sms dengan wanita-wanita single yang jadi teman saya curhat sekaligus curhat pada saya.  Thanks for everything, Fellas.

Pict from here!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date