Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Melamun Senja, Menunggu Ketakpastian


Saya kesal dan kangen. Dua rasa yang sama sekali nggak nyambung. Tapi begitu yang saya rasakan.
                       
Saya kangen pada orang yang -menurut saya- abstrak. Ya, hanya kata itu yang bisa saya gunakan untuk menggambarkan keberadaannya. Dia ada, tapi seperti tidak nyata. Saya melihatnya tersenyum, tapi entah apa yang sebenarnya sedang dia lakukan. Lalu dalam kepala saya muncul ide untuk membelah kepalanya seperti Frankestein, lalu mengeluarkan semua yang ada di dalam bagian tubuh paling keras itu.

Ini kriminal!
Jadilah saya membatalkan niat untuk melakukannya. Toh, saya juga tidak tahu dia sedang berada di mana.

Kekesalan saya memuncak ketika banyak pertanyaan berputar di kepala saya. Kali ini saya ingin membelah kepala saya sendiri dan mengeluarkan seluruh isinya. Saya menjumpai pertanyaan yang membuat saya berdebar hebat.

"Apa dia sudah sangat PD tidak akan kehilangan saya, sehingga tidak perlu menghubungi?"
"Apa dia selama ini hanya sungkan dengan kakak, sehingga dia melakukan hal itu?"
"Apa dia sebenarnya sudah menemukan apa yang dia cari dan saya hanya orang yang tidak sengaja bertemu?"
"Apa dia hanya menguji seberapa kuat saya ada di jalur itu?"

Itu hanya sebagian pertanyaan. Masih begitu banyak hal yang cuma bisa saya rasakan. Tidak mampu saya bagi dengan siapa pun. Karena saya yang merasakannya sendiri, sehingga membuat saya merasa nggak sanggup untuk bertanya-tanya. Saya pun tidak akan menangis, karena ini bukan hal yang pantas untuk ditangisi. Ini hanya masalah waktu dan takdir saja, selebihnya tentu saja kembali pada yang mengecat tomat. Hahahaha...

Akhirnya saya melamun, senja kemarin, seusai iftar.
Saya ingin meraih cita-cita itu, tapi saya tidak tahu harus mulai darimana. Saya memang sudah mengadu pada yang punya dia dan yang punya saya juga tentunya, tapi saya tahu masih akan ada ganjalan. Ada banyak hal yang membuat saya harus berusaha dan berdoa. Banyak perjuangan yang mesti dilakukan, tapi saya ingin dia yang meminta perjuangan. Saya ingin dia yang memulai (lagi) apa yang telah saya mulai. Tapi bagaimana cara membuat dia tahu, kalau selama ini dia tidak pernah peduli?

Pagi ini semua perasaan kesal dan kangen itu masih bersama saya. Maka saya pun diam, seperti yang dia lakukan. Tidak banyak hal yang bisa lakukan, selain menunggu takdir saya berlabuh pada hal yang saya inginkan atau hal yang sama sekali bukan keinginan saya.

Kuncinya ada pada niat baik, positive thinking, dan pantang menyerah. Akan saya coba terus. Di samping berdoa, tentu saja. Mumpung bulan Ramadhan, belajar sabar dan ikhlasnya ditambah lagi. Jadi nanti pas Ramadhan sudah selesai bisa lebih ikhlas dan sabar.

Saya harap dia bisa sedikit lebih peduli, lebih peka, karena saya ingin dia juga belajar. Meski pun saya tau kalau dia itu lebih baik dari saya dalam banyak hal, tapi belajar untuk berbagi tidak ada salahnya kok.


Never fear quarrels, but seek hazardous adventures.
-Alexandre Dumas-


Picture here

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date