Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Never be Back


Ibu minta saya membelikan bakso di agen pembuatnya di pasar besar. Saya yang memang tidak ada kerjaan akhirnya mau, walaupun dalam hati setengah menolak. Saya bukan orang yang suka ke pasar, bahkan sering kali saya menolak kalau harus mengantar ibu ke pasar dan ikut masuk. Keadaan pasar yang bau dan licin membuat saya tidak betah berlama-lama di dalam pasar. Tapi saya bukan orang yang antipati dengan pasar, tak jarang saya membeli barang-barang saya (entah itu baju, sandal, tas, dll) di pasar.

Kalau sudah di pasar besar, saya biasanya sekalian mampir ke kios teman saya. Lebih tepatnya, teman saya membantu ibunya berdagang di sebuah kios mainan di pasar. Teman saya, Ryan Fery, sudah sejak SMA membantu ibunya berjualan di pasar. Saya kadang mampir ke sana sekedar berkunjung dan bertanya kabar, dan beberapa kali akhirnya saya tertarik dengan mainan yang di jual di sana. Mainan yang dijual bukan mainan elektronik yang biasa di jual di toko modern atau di mall. Sebagian besar permainan yang dijual di sana adalah permainan yang sederhana dan beberapa jenis adalah permainan jadul yang sudah ada sejak saya masih anak-anak dulu.

Bertemu dengan Ryan, selalu punya cerita seru. Ada saja kenangan  atau teman yang kami bicarakan. Pertemuan kali ini Ryan menanyakan tentang apakah saya masih menyimpan foto kegiatan Pramuka kami dulu. Saya baru ingat kalau saya memang hampir tidak menyimpan satupun foto kenangan waktu itu. Kami pun menyadari bahwa sejak kami lulus, sudah hampir tidak ada lagi yang corcern dengan Pramuka. Apalagi saat sekolah kami pindah ke lokasi yang baru, kami tidak yakin apakah barang-barang yang kami tinggalkan jaman dahulu kala masih tersimpan rapi di sana.

Setelah mengobrol banyak hal, saya ingat bahwa saya pernah ‘ditandai’ dalam sebuah foto oleh Rizky. Iya benar, itu foto Pramuka jaman dulu saat formasi kami masih lumayan lengkap. Yang saya sesalkan adalah saya sudah men-deaktifasi akun FB saya, jadi saya kehilangan kesempatan untuk berteman dengan Ryan di FB dan kehilangan moment obrolan bersama teman-teman. Saya akhirnya hanya mengarahkan Ryan untuk mencari akun FB Rizky yang masih menyimpan foto tersebut.

Kami puas bercerita tentang kenangan masa SMA dulu, saatnya pulang karena matahari sudah semakin tinggi. Sebelum pulang ternyata mata saya menangkap seperangkat permainan. Permainan yang penuh nostalgia dan saya yakin sudah mulai ditinggalkan oleh anak jaman sekarang yang lebih suka berlama-lama menatap layar PS, PSP, ataupun mainan elektronik yang sudah banyak beredar. Mainan tersebut tidak lain tidak bukan adalah bola bekel beserta ronce-roncenya. Bola bekel terakhir saya adalah ketika saya kira-kira kelas 5 SD. Setelah itu saya sudah tidak pernah main bola bekel lagi, dan lagi sudah jarang toko yang menjualnya.

Saya membeli seperangkat bola bekel. ^_^

Saya merasa kembali menjadi anak kecil ketika memainkannya, bahkan saat masih memegangnya. Setelah kembali dari nostalgia jaman SMA, saya malah akhirnya terlempar pada kenangan ketika saya masih kecil. Dari ketidak-sukaan saya menjejakkan kaki di pasar, ternyata saya masih menemukan manfaatnya. Selain manfaat silaturahmi dengan teman, tentu saja manfaat bertukar cerita dan akhirnya bernostalgia menyusuri masa-masa yang tidak pernah akan kembali lagi.

picture from here
It's never safe to be nostalgic about something
until you're absolutely certain
there's no chance of its coming back.
~Bill Vaughn~


0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date