Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

All by Myself

Sorry for being so far away while u need me. Whatever happens I always wish all the best for u, Dear. U r strongest among us. I’m sure u can pass through it.

Sejak membaca pesan (atau bahkan mungkin sejak saya menulisnya terlebih dahulu), saya merasa ada yang mulai tidak beres lagi dengan otak dan hati saya. Otak dan hati saya tiba-tiba tidak bergerak sinkron, semua berjalan tidak mengikuti alur yang semestinya. Iya, saya tahu ini adalah welcome greeting’ ke negeri seribu galau. Oh, tidak! Jangan! Jangaaaaaaannn!

Ternyata benar, ketika balasannya masuk malah balik menyerang saya. Saya kalah telak. Seperti kena tombak yang menancap tepat di jantung dan membuatnya berhenti berdetak. Saya mati-matian menahan air mata agar tidak tumpah dan berderai. Toh, saya sudah biasa mengalihkan acara menangis dengan melakukan perjalanan tidak normal yang biasa dilakukan (bahkan) oleh orang abnormal sekali pun. Jadi intinya, kali ini saya (lagi-lagi) tidak mau menangis dan memilih membiarkan dada saya perih seperti hari-hari kemarin.

Ternyata keputusan tidak menangis kemarin lusa benar-benar keputusan yang salah. Otak saya berteriak sangat keras bahwa saya memang telah melakukan kebodohan, jauh sebelum mereka semua hadir. Hingga akhirnya saya menjadi sangat gampang dibodohi dan tidak bisa melihat dengan jernih. Tapi hati saya menenangkan dan mengatakan bahwa pesan itu ditulis karena ingin membuat dia terlihat jahat di mata saya.

Saya yang telah menahan semua rasa perih, akhirnya kalut juga. Dada saya mulai terasa penuh dengan duri, napas saya mulai sakit, tapi saya tidak kunjung mengeluarkan air mata. Saya menunggu begitu lama untuk bisa menangis dalam kesedihan kali ini, tapi ternyata Tuhan tidak mengijinkan saya menangis walau setitik. Hal ini membuat dada saya makin sakit, makin tidak bisa bernapas lega meski telah menghela napas sangat dalam. Saya benar-benar ingin langsung mengucurkan air mata, tiap kali sedih atau galau. Kasusnya kali ini berbeda ketika saya harus menangis ketika menyakiti hati orang tua saya atau hal sensitif lain. Dalam masalah ini saya memang selalu berusaha tidak menangis (bukan karena saya sok tegar, tapi saya takut tidak bisa berhenti).

Alternatif terakhir saya adalah mengirim sms pada sahabat saya sewaktu kuliah. Dia sudah menikah dan tinggal di kota yang jauh. Selama ini saya berusaha tidak mengganggu dia dengan ceracau yang tidak perlu. Saya tahu, dia menghadapi masalah yang lebih besar dibanding dengan saya. Tapi pagi ini, saya sudah tidak dapat menahan diri untuk menceritakan padanya tentang yang terasa di hati saya. Dia orang yang tidak pernah meragukan saya, dia orang yang selalu percaya pada saya, dia yang selalu percaya bahwa saya masih yang paling tough di antara kami berempat. Saya dulu memang kuat, tidak gampang menye-menye, hampir tak pernah curhat hal sentimentil. Tapi itu dulu. Saat ini, ketika akhirnya saya merasa lebih bodoh daripada keledai yang tidak jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya, saya menjadi sangat rapuh. Saya merindukan keberadaan mereka. Mungkin dulu saya kuat karena saya punya mereka yang sewaktu-waktu bisa saya ganggu. Ah, tapi memang saya belum pernah punya masalah seperti ini ketika saya hidup dengan mereka 6 tahun yang lalu.

Sampai saat ini saya masih belum juga bisa menangis meski pun rasanya semakin nyesek. Saya bahkan punya firasat yang mengatakan bahwa kisah saya (yang mungkin orang pikir saya gila, bodoh, kotor, menjijikkan, tak tau malu, tak punya harga diri, dll) sedang diceritakan pada seseorang. Padahal saya berharap hanya Tuhan dan saya yang tahu apa yang telah diceritakan pada saya. Dan di sela ketidakmampuan saya untuk menumpahkan air mata kali ini, saya merasa telah sungguh-sungguh usang. Lalu ketika membayangkan seorang gadis dengan seringai sombong memamerkan tulang pipinya, saya lalu merasa gelegak darah saya mencapai puncak kepala. Saya tidak membencinya, saya hanya tidak suka dengan kesombongan yang dia gulirkan atas nama cinta.

Above all, saya benar-benar merindukan sahabat-sahabat saya yang tidak lagi mudah saya sentuh seperti sedia kala. Saya belum sempat minta maaf pada mereka dan mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi tentang otak dan hati saya yang tiba-tiba merapuh ini. Saya pun seharusnya meminta maaf karena mereka sesungguhnya telah mengenal salah satu yang harusnya bertanggung jawab pada kebodohan yang menimpa saya ini. Tapi saya menyimpannya rapat, saya lebih suka mengatakan “saya melindungi kita semua.”

pict source

 Some people make your life better by walking into it
while other people make your life better by simply walking out of it.
~Wiz Khalifa~

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date