Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Last Chapter


Saya tidak tahu apa namanya ini, takdir atau kebetulan atau ketentuan atau ketetapan UU atau entah apa lagi. Sampul tugas akhir saya kali ini berwarna kuning, sama kuningnya dengan sampul tugas akhir saya yang terdahulu. Sama persis, podho plekk!

Tapi yang lebih dahsyat adalah saya menamai sekolah kali ini dengan 'mencari kitab kuning ke barat'. Ini muncul begitu saja ketika otak dan hati tidak bisa beranjak kemana-mana termasuk mengerjakannya hingga tuntas tas tas tas. Sehingga begitu sering saya berjam-jam hanya memandangi layar putih yang siap dicoret-coret.

Satu hal pantas saya syukuri adalah saya masih punya kawan yang siap untuk dimarahi dosen bersama-sama. Dulu saya punya 24 teman yang setelah sidang masih harus berjuang demi revisi yang tak kunjung mendapat titik terang. Kami sering janjian pergi bersama-sama ke rumah ibu dosen tercinta dan menyebutnya dengan istilah 'kumpul kebo'. Istilah yang mencuat begitu saja dari seorang teman. Tempat janjian sudah pasti di tempat yang sama, yang berbeda hanyalah waktunya saja. Hingga saya sering mendapat sms atau mengirim sms "Kumpul kebo jam berapa?"

Ah, kenangan itu!

Saya jadi ingat kakak kelas saya, seorang cowok yang lucu, dan baik. Setelah kami lulus, dia sering meminta maaf karena sewaktu revisi skripsi dan menghadapi bu dosen tercinta, dia sering memanfaatkan kami, adik kelasnya yang kebanyakan cewek. Tapi saya dan teman-teman sebenarnya juga memanfaatkan dia, tentu saja karena dia cowok.

Terutama saya yang sering merepotkan dia. Sering nebeng (sebenarnya lebih sering dengan naik motor saya) dia ke rumah bu dosen tercinta kalau kebetulan kami janjian pas senja karena mata minus saya sangat tidak bersahabat dengan senja. Saya tahu dia pernah merasa tidak enak dengan saya saat dia mendapat acc lebih dulu daripada saya. Dan saat itu saya menghilang dengan segera dari rumah dosen saya. Eh, dia buru-buru sms saya dan bilang kalau dia siap menemani saya ke rumah bu dosen kalau 'arjuna' tidak bisa menemani.

Apa itu arjuna??

Sejujurnya saya lupa sebutan 'arjuna' itu pernah ada. Kata 'arjuna' itu datang pada saya ketika beberapa waktu lalu dia sms saya dan menanyakan tentang apa-kabar-nya saya dengan 'arjuna'. Saya melongo saja ditanya begitu. Amnesia undefined time saya kambuh. Saya benar-benar lupa apakah saya kenal seseorang dengan nama 'Arjuna' atau 'arjuna' itu nama tempat atau 'arjuna' itu benda atau apa. Ingatan sudah saya buka paragraf demi paragraf tapi tidak bisa menemukan maksud 'arjuna'. Dengan susah payah dia menjelaskan 'arjuna' itu (si)apa dan saya tidak bisa menahan tawa karena saya tidak pernah sadar kalau dia dulu punya sebutan itu untuk seseorang.

Panggilan itu terlewat begitu saja oleh saya.

Tidak. Saya tidak akan membahas tentang arjuna. Cerita 'arjuna’ ini hanya intermezo yang membuat dia ingin kami mengenang masa berjuang dulu. Saat-saat ketika skripsi kami berdua mendapat julukan yang sama 'tidak ada benang merahnya'. Sesuatu yang tidak nyaman didengar karena saya telah mati-matian menulisnya, mempresentasikan, dan mempertahankan di hadapan beliau sebagai penguji, tapi pada saat sidang beliau hanya berkomentar "Tidak usah menjawab pertanyaan saya, revisi saja halaman yang sudah saya lipat."

Hulalala....Saya tahu beliau pasti tidak membacanya sebelum masuk ruang sidang, yang akhirnya berakibat revisi yang harusnya 2 minggu, bisa molor sampai 2 bulan.

Oh, ibu dosenku tercinta kenangan bersamamu adalah bekal saya kebal menghadapi dosen ganas nan gahar.

Saat ini pembimbing saya super duper  heboh. Orang yang sangat sibuk, tapi juga teliti setengah mati. Saat saya masih menulis proposal, saya mendapat sebuah statement  yang membuat saya tidak bisa menyangkal dan hanya nyengir. Saya memang tidak menyangkal, tapi bukan berarti membenarkan, karena I'm so sure the more I defend the more he knows my hollowness brain and heart.

"Kamu nulisnya kenapa acak-acakan begini? Kamu lagi patah hati ya? Lihat, kurus begitu....." (dan ditambah dengan beberapa kalimat lain pula.)

Aih...aih...kalimatnya kok begitu banget?!

Curcol ini.... Akhirnya saya nekat makan banyak biar tidak dikata kurus. Sampai akhirnya saya menggendut, membalon. Dan saya mendapati berat badan saya hampir mencapai 50 kg. Oh My God! Jadilah sekarang saya diet ketat, apalagi sudah tidak terlalu perlu tenaga dan pikiran terlalu ekstra karena Chapter 4 dan Chapter 5 sudah terselesaikan.

Oke...saya sudah menyelesaikan dua Chapter pamungkas. Seperti yang saya bilang tadi bahwa saya bersyukur punya teman-teman yang siap dimarahi bersama-sama oleh dosen. Saya hanya tidak tahu pasti apakah kali ini akan seribet dahulu atau lebih ribet. Padahal sekarang ini otak saya sering ngambek plus ngadat diajak berpikir. Kalau dulu disemangati 'arjuna', kalau sekarang sepiiiiii...

Hahaha...arjuna...arjuna...kamu ini nyata atau maya atau malah setan?

Dulu saya masih dibantu air mata, lha kalau sekarang air mata sudah ogah dekat-dekat saya. Hahaha... Saya sekarang akhirnya cuma menikmati memandang layar laptop saya yang gambar desktop-nya adalah seorang bocah berumur satu tahun dengan headphone guede tapi pas di kepala dia. Iya, ponakan saya. Saya tidak bisa menangis, walau saya sedang (pinjam istilah gaul sekarang) galau marillaw layaw. Alternatifnya adalah membaca lagi apa yang sudah saya baca, meski pikiran sedang kemana-mana tidak jelas juntrung-nya.

Akhirnya memang saya menikmati last chapter saya dengan kenangan tentang sahabat-sahabat seperjuangan dulu, hingga akhirnya tanpa sengaja terselip kisah tentang 'arjuna'. Saya merindukan sahabat-sahabat saya yang dulu pernah memberi warna pada perjuangan akhir. Saya merindukan mereka yang pernah menangis bersama setelah menghadap dekan. Saya merindukan mereka yang dulu pernah saling menguatkan dalam keterpurukan dan ketakberdayaan. Saya merindukan melihat mereka dan menjabat erat tangan mereka. Semoga saya tidak lupa menuliskan mereka pada dedication sheet nanti.

Semoga Allah melindungi mereka di mana pun mereka dan apapun yang mereka kerjakan saat ini.

picture from here

We are the captains of our own ships
sailing the sea of life,
but in times of a stormy weather,
you will discover true friends
when they don't hesitate to be a lighthouse.
~Dodinsky~
 

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date