To Memorize You

Kau tidak menanyakan padaku kenapa aku tak pernah menanyakan kabarmu, tapi malah asyik marah-marah dan meluapkan hal yang mungkin sangat tidak ingin kau dengar? Aku sedang sensitif, akan kujawab begitu. Sudah pasti kamu tahu, alasan kenapa aku menjadi sangat sensitif menanyakan semua hal itu.

Sebenarnya aku tidak berpikir subyektif. Tidak sama sekali!

Ini sama dengan ketika dulu aku menyeduh secangkir kopi dan menyerahkannya panas-panas padamu. Selalu aku menolak untuk membuat kopi ketika kau masih bersiap menjemputku ke kost atau sebelum kau beraktivitas. Aku ingin kamu menikmati morning cooffee-mu selagi panas, dengan begitu kau akan sesaat menunggunya menjadi hangat. Moment menunggu itu selalu kusuka karena aku bisa menikmati memandangmu sedang bercerita pagi-pagi.

Aku sungguh masih membayangkan kau yang salah tingkah ketika aku memandangmu tanpa kedip, sampai akhirnya saat kau mulai gemes kau akan menarik kerudungku untuk membuatku mengalihkan pandangan. Aku ingin mendengarmu, menikmati kau mengungkapkan semuanya dengan jujur dan apa adanya.

Tapi kau sudah hilang. Bukan kau yang dulu bisa kupandang sesuka hatiku, bisa kugoda dengan hal yang membuatmu pusing.

Tentu saja tidak akan kutanyakan kabarmu, karena aku tahu kau baik-baik saja. Tidak ada yang perlu kukhawatirkan tentang apa yang terjadi padamu. Hingga yang kupunya saat ini hanya belasan atau bahkan ratusan pertanyaan yang tidak mungkin akan terjawab. Aku hanya ingin kau tau tahu bahwa aku punya pertanyaan-pertanyaan itu.

Bagiku, memang semua jawabanmu hanya absurd, tapi aku tidak memaksamu untuk menjawabnya. Aku tidak akan seperti dulu, memasang wajah manja atau mata sayu, untuk membuatmu menjawab pertanyaanku. Aku cukup memandangmu dari jauh dan aku yakin bahwa hatimu masih dijaga malaikat, maka aku punya ruangku sendiri untuk tetap mengucap doa.

 

I just wanna memorize you...

picture from here

I had some dreams, they were clouds in my coffee.

~Carly Simon~