Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Girls Talk #Love is You


“Orang itu kalau curigaan ya begitu. Dasar anak kecil!”
Sahabat saya ini entah kenapa tiba-tiba ngomel begitu saya menyilahkan dia masuk ke kamar setelah salaman dengan ibu.

“Anak siapa?” saya coba menetralisir keadaan.

“Ceweknya si A*i*.”

“Kenapa?”

“Dia parno.”

“Oh, A*i* sekarang seleranya berubah ya..”

“Parnooo...paranoid...” serunya kesal.

“Paranoid itu pasti saudaranya android.”

“Dasar dudul.”

“Kok pakai sebutan itu sih...” Saya setengah meratap.

Gagal!. Dia masih berapi-api. Usaha saya meredam emosinya gagal total.

“Sudah jelas-jelas dia yang me-remove aku bahkan aku di block malah aku dikata memata-matai dia. Sama seperti anak kecilmu.”

Saya memutar bola mata, mengernyitkan alis, dan akhirnya tertawa terpingkal-pingkal. Kalimat terakhirnya itu benar-benar lucu buat saya. Dapat istilah dari mana ‘anak kecilmu’ itu tadi?

Dia melotot, membuat saya menghentikan tawa. Dan mulai mendengarkan dia yang menumpahkan kekesalannya tentang pacar baru mantan pacarnya. Tak lupa selalu dia menambahkan kalimat andalannya ‘Sama seperti anak kecilmu.’ di setiap akhir episode kisah yang dia ceritakan dengan muka merah padam.

Setelah reda emosinya, saya mengangsurkan segelas air putih padanya. Dia menyesap perlahan, meneguk sedikit demi sedikit.

“Sudah jangan marah-marah...”

“Kamu tahu sendiri kan bagaimana rasanya....” Dia sudah menyambar kalimat saya yang belum selesai dan mulai mengomel panjang tentang rasa kesalnya dan tentu saja diakhiri dengan: ‘Sama seperti anak kecilmu.’.

Dia berhenti mengomel ketika saya mencoleknya dan bersiap melemparnya dengan buku Harry Potter and the Deathly Hallows setebal hampir seribu halaman, yang sedang saya baca (lagi, lagi, dan lagi).

“Ngomel tidak menyelesaikan apapun. Kalau sudah tahu dia masih bocah yang kekanak-kanakan yaa sudah...kamu tak bisa mengubahnya. Kalau sudah tahu A*i* sebenarnya cuma kasihan sama anak itu dan masih sayang kamu ya mau apa lagi...memang begitu.”

“Satu hal, A*i* itu sama plinplannya dengan ‘dia’mu dan anak kecil itu sama dengan anak kecilmu.”

Saya menepuk jidat saya sendiri. Dia memang sudah tidak berapi-api seperti tadi, tapi dia masih saja menyamakan kisahnya dengan apa yang saya alami setahun belakangan ini. Saya menghela napas panjang, dia memang selalu lebih parah dari saya kalau mengomel.

“Kalau saja aku punya blog seperti kamu, pasti dia juga akan sering mengintip lalu menyalahkan aku. Lalu berlagak sok dia yang paling disakiti dan dimata-matai padahal dia sendiri selalu memata-matai. Sama seperti anak kecilmu.”

Saya mengelus dada, tapi tidak menyahut omelannya. Saya tahu bagaimana rasanya jadi dia, karena saya sudah ada di posisi seperti itu jauh sebelum dia merasakan.

“Kamu kenapa pakai acara deactivated FB? Aku tak ada teman ngomel-ngomel sejak kamu menutup FBmu dan Oka ikut suaminya ke Kalimantan. Sepi hidupku,” matanya jadi berubah sayu.

Saya sebenarnya berniat tertawa melihatnya tiba-tiba melow galau begitu, tapi saya tahan dan menarik tubuhnya untuk saya peluk.

“Cuma masalah FB tutup saja kenapa jadi galau begitu?” Saya masih memeluknya.

“Eh, tapi aku kan cuma berhadapan dengan satu anak kecil, kamu kan dengan beberapa anak kecil.”

“Oalah...lha kok dibahas lagi. Berarti yang kamu bilang ‘anak kecil’ dari tadi itu siapa?”

“Semua orang yang membuat kamu sedih. Hehehe.”

Saya menjitak kepalanya dan kami tertawa bersama.

Saya tahu, Tuhan mengirim orang-orang yang luar biasa untuk menemani saya hidup dan hidup saya, termasuk dia.

Bagi saya mereka tetap orang yang tidak bisa begitu saja saya abaikan kehadirannya. Bukan orang yang sempurna, memang, tapi setidaknya mampu melukis lengkung senyum untuk saya, mau menghapus air mata saya, dan merelakan waktunya-pulsanya-kosa katanya-sabarnya habis untuk menenangkan ketika saya galau. Then I find that...




Love is you...

picture from here

A true friend unbosoms freely,
advises justly, assists readily, adventures boldly,
takes all patiently, defends courageously,
and continues a friend unchangeably.
~William Penn~

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date