Kau tidak usah mengatakan bahwa rasanya masih sama. Untuk semua.
Mungkin di satu sudut mata aku percaya, tapi di sudut lain aku punya banyak tanya. Entah tanya untuk siapa. Untuk Tuhan kah? Untuk kamu kah? Untuk diriku sendiri kah? Aku tak pernah tahu. Karena sekuat apapun kucari jawabnya, tak pernah kutemui jawaban pasti. Dan tentu saja semua berakhir dengan sebuah kesakitan yang menyatakan bahwa aku yang paling bersalah atas semua hal yang terjadi.
Entah mereka pikir aku seperti apa. Aku tidak pernah menganggap bahwa aku salah. Bukan tidak mengakui kesalahanku. Tidak. Sama sekali tidak. Tapi yang mereka lihat adalah aku yang selalu menyakiti, aku yang selalu jahat, aku yang selalu bikin masalah.
Apa lagi?
Aku memang diam saja. Lebih diam daripada diammu.
Aku diam mendapati bahwa aku yang mereka anggap menyalahi perasaan dan hati mereka. Apa mereka tahu kalau hatiku juga disalahi. Kapan? Jauh sebelum mereka datang dalam kehidupanmu, lalu kehidupanku. Aku tidak minta minta mereka masuk. Mereka yang ingin tahu siapa aku. Aku yang pernah punya kisah denganmu yang telah kau ceritakan pada mereka.
Aku diam mendapati aku yang tiba-tiba menjadi penjahat untuk hati mereka yang lembut dan tenang seperti air. Iya. Baiklah aku memang jahat. Aku tidak akan mengingkari apa yang mereka pikir dan lihat tentang aku. Semakin aku menyangkal akan semakin membuat mereka yakin bahwa aku memang jahat. Ya...ya...ya... kalau sudah jahat ya jahat saja.
Aku diam melihat semua hal yang tumpah ruah di depan mataku. Fine! Aku memang tak pernah punya hak atas apa yang kumiliki bersamamu. Aku tak pernah benar-benar nyata ketika aku berusaha menjadi baik. Tapi aku akan nampak sangat besar ketika sedikit kesalahan terlihat. Tertawa saja aku menutupi marah dan jengkel di dalam hati.
Kenapa aku diam?
Karena memang aku tak punya kata yang layak untuk membuat orang lain mengerti tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Karena memang aku tak berniat membuat mereka melihat aku yang mereka anggap berpura-pura di hadapan mereka.
Karena sahabatku bisa merasakan kebencian yang mereka tuang untukku dalam segala macam bentuk dan rupa.
Karena memang aku hanya bisa diam ketika aku tak bisa membela mereka di hadapan orang yang menyayangiku.
Karena kau terlanjur membenciku ketika sahabatku menyindir mereka di muka publik.
Karena aku memang tak bisa berbuat apapun ketika kau menilai aku yang paling bersalah dan layak bertanggung jawab atas apa yang tengah terjadi pada hidup mereka.
...................
Aku mencoba menghilang dari tawa yang slalu menyergap
Seperti bintang gemintang yang kerlap – kerlipya gemerlap
Aku terus terdiam tanpa kata – kata
Sedang semua asyik bermain dengan canda tawa
Kunikmati sendiri kesunyian dalam jiwa
Seperti bintang gemintang yang kerlap – kerlipya gemerlap
Aku terus terdiam tanpa kata – kata
Sedang semua asyik bermain dengan canda tawa
Kunikmati sendiri kesunyian dalam jiwa
Sedang semuanya terus menari – nari bersama bahagia
..................
(Diam tanpa Kata)
0 comments:
Posting Komentar