Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

I Hate You but I Don't Complain


Sesiangan ini ngobrol ngalor-ngidul dengan teman lama yang sudah lama banget nggak ketemu. Bukan ngobrol yang sebenarnya, hanya smsan saja. Si Echa ini tiba-tiba cerita ketemu dengan kakak kelas kami sewaktu kuliah. Kakak kelas sekaligus kawan gila kami yang selalu kami sebut dengan ‘sekjen kita’. Pertemuan Echa dengan ‘sekjen kami’ yang tidak sengaja pada suatu hari, membuatnya berpikir untuk mengadakan reuni di suatu tempat yang indah. Saya nggak ngerti dengan maksud ‘tempat yang indah’ itu. Echa ini memang agak lebay juga kalau menyebut sesuatu.

Lalu mulailah bercerita tentang masa kuliah dan tempat ‘gaul’ kami jaman baheula.

Lalu saya mulai ditanya tentang ‘sapu’. Saya agak irritating kalau ngomong tentang kisah itu, karena saya sudah berniat bulat tentang ‘melepaskan’ dan ‘menjauh’. Rasanya males kalau bicara tentang itu lagi. Tapi akhirnya, saya jelaskan secara singkat tentang ‘conversation has run dry’ yang buat saya bukan masalah besar.

Hal irritating kedua adalah ketika dia men-judge kalau saya, dia, dan ‘sekjen kami’ adalah galawers. Hadeh... Saya ini nggak lagi galau lho. Dan setelah dibahas lebih jauh, definisi galau ala kami berbeda. Buat dia galau itu terjadi ketika harapan tak sesuai dengan kenyataan meskipun sedang dalam keadaan bahagia. Menurut saya galau itu yaa kalau seseorang lagi sedih, kecewa, dan nangis-nangis dan kegiatan menyedihkan lainnya.

Kalau saya sekarang sih merasa bukan galawer, saya kan nggak lagi termehek-mehek. Walau saya sedang menunggu seseorang, tapi saya nggak menunggu sambil mewek kok, saya membela diri di hadapan Echa. Dan si Echa keukeuh kalau itu namanya juga galau. Heran deh, kenapa sih dia ini menganggap semua hal itu hal galau. Saya senyum-senyum sendiri saja, karena kami toh juga hanya bergurau.

Tapi satu pertanyaan tinggal di benak saya, “Apa benar saya sebenarnya sama galaunya dengan Echa?”

Saya jadi mikir tentang ‘sapu’. Apakah saya membenci kisah itu, atau saya malah kasihan? Saya memang benci ketika itu, tapi saya lebih suka meyebutnya I don’t care about it, no more. Saya sudah tidak bisa berjalan pada koridor itu lagi, maka saya memilih mundur dan menjauh. Kemudian akhir-akhir ini saya kasihan melihat beberapa posting yang saya sebut ‘pembuktian diri’. Posting yang ingin menunjukkan kekuatan, tapi malah terlihat sangat lemah di depan muka saya. Tapi saya hanya diam, tanpa komentar apapun karena takut makin menyakiti.

Obrolan dengan Echa selesai saat kami memutuskan untuk masuk ke dapur di rumah masing-masing.
*Masuk dapur deh... Bantu (liat doank) ibu yang lagi goreng tempe.

Selamat menanti berbuka. ^__^

I solemnly swear that I am up to no good.
-JK. Rowling-

Picture here

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date