Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Sebuah Tulisan (saja)


Dia tahu. Aku telah meminta hal yang sama berkali-kali, sampai aku lupa sudah berapa puluh kali. Namun selalu saja jawabannya adalah “TIDAK” atau dengan modifikasi agar terkesan bahwa jawabannya tidak sama. Sebenarnya sama saja dengan permintaanku.

Dia berkali-kali merasa sakit oleh sakitku. Aku memang tidak memintanya, tapi setidaknya itu membuat aku makin tidak mengerti seperti apa aku baginya. Namaku sudah seperti nama Voldemort, yang tidak boleh disebut atau akan membuat mati jika sampai tidak sengaja terucap atau terdengar. Perasaan yang sangat halus, begitu selalu aku menyebut apa yang dirasakannya.

Sedangkan aku? Aku akan dengan biasa saja (bahkan tertawa-tawa) menggodanya dengan berbagai kemungkinan yang mampu membuatnya sakit dan terluka. That’s my bad. Aku pun tahu dia sering menangis di ujung sana ketika sedang bicara denganku di telepon. Tidak hanya sekali, entah berapa kali aku lupa. Aku? Tentu saja aku akan menggodanya dengan berbagai hal yang menurutku bisa membuatnya tertawa. Dan dia memang tertawa, tertawa sambil menangis. Padahal aku tahu pasti bahwa tertawa-sambil-menangis yang terjadi padanya itu, adalah ungkapan rasa yang lebih dari sekedar sedih.

Jika boleh meminta yang terbaik, aku ingin dia mendapatkan hal yang lebih baik dari apa yang selama ini bahkan tak mampu kuberi untuknya walau hanya setitik. Dia berhak bahagia atas luka yang begitu banyak tergores di jiwanya. Dan keinginan terbesarku adalah membebaskan dia dari rasa yang tidak mau dia tanggalkan meski sedetik. Dia harus mampu berdiri sekuat yang dia mampu, berjalan, bahkan berlari. Dia harus bisa meninggalkanku dan melepaskan semua hal yang dia sebut ‘rindu’.

Aku bukan apa-apa bahkan untuk dia yang begitu mengharapkanku. Dia harus berhenti memohon pada Tuhan untuk mengabulkan satu permohonannya yang tersisa, karena semakin dia memohon semakin dia akan sakit dan terjerembab. Jika dibilang ini adalah salahku, maka akan kujawab bahwa “Semua yang terjadi dalam hidup manusia tidak pernah ada yang sia-sia”. Termasuk ketika aku mengenalnya atau ketika akhirnya dia merasa sakit pada apa yang kulakukan.

Kini, aku benar-benar ingin dia meraih hal besar dalam hidupnya. Masih banyak cita-cita yang belum dia raih. Dia harus berjuang untuk masa depan yang lebih baik, bukan hanya menyanyikan lagu yang tidak akan membuat aku membuka mata akan kehadirannya.

Always try to keep a patch of sky above your life.

-Marcel Proust-

Picture here

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date