Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Tentang Sedikit Rasa (Marah) Padanya


Jika ditanya apakah saya memaafkan dia. Maka jawabnya adalah “IYA” tanpa koma, tanpa tanda tanya. Saya akan menjawabnya dengan yakin dan lantang. Bisa saya pastikan bahwa kesalahan dia sudah bersih saya maafkan. Without any rests.

Tidak ada niat saya mengungkit apalagi menyuruh dia mohon maaf. Karena maaf bukanlah sesuatu yang bisa dipaksa. Sudahlah. Saya juga tidak akan memohon-mohon agar dia tinggal. No more. Tapi sungguh bahwa marah saya ternyata memang belum habis. Really, saya tidak bisa menahan kekesalan tiap kali teringat semua hal. Kebahagiaan maupun kesedihan.

Saya tidak pernah berharap dia minta maaf pada saya. Saya tidak mengharap mendapat ucapan hari raya dalam bentuk apapun. Saya tidak mengharapkan dia minta maaf pada saya seperti dia minta maaf pada orang lain. Saya tidak mau membuat dia merasa bahwa memberi ucapan hari raya atau pun minta maaf adalah hal yang wajib dia lakukan. Saya tidak butuh basa-basi! Paham?

Hanya saja tiap kali melihat tingkahnya, membuat saya memendam rasa ingin menumpahkan amarah in front of his face. I swear! Bukan marah yang dibuat-buat, tapi marah yang membuat saya sampai sesak menghela nafas. Saya eneg melihat apa yang dia lakukan seolah dia tidak pernah menyakiti orang lain, bahwa dia hanya mencintai satu wanita. Helloooooo... I know your story more than you’ve been thought, boy. Your ass is in my hand!

Saya tidak bisa tidak marah ketika mengingat pernyataan tentang ‘rasa yang selalu sama pada orang yang sama’ pernah terlontar di depan muka saya. Saya lalu mengatakan pada diri saya sendiri “Saya memang tidak pernah dia harapkan. Rasa pada saya sebenarnya memang tidak pernah ada. Yang ada hanya perasaan ingin berlindung sesaat. Setelah semua back to the system, dia mudah saja meninggalkan saya. Saya dulu terlalu bodoh mempercayai bahwa dia bisa bertahan dengan jarak. Ternyata...bullshit!” Semua pernyataan yang terlontar recently membuat saya ingin minta dia agar dia mau jujur pada public. Oh My God, I know it isn’t good idea, but sometimes I think I should.

Saya marah yang tidak saya buat-buat. Apalagi setelah dua kali dia berlagak sok lupa. Saya tahu, itu adalah kesengajaan yang dia buat agar dia tidak ‘berutang’ pada saya. Saya tertawa saja. Tenang saja, I do the same thing, boy. See! Saya membuatnya impas. Sesuai apa yang dia harapkan. Tentu saja.

Selebihnya saya memaafkan semua kesedihan dan tangis yang dia buat pada saya. Tapi saya memang belum bisa menghilangkan rasa marah saya, meski saya tidak lagi menyimpan perasaan apapun padanya. Hati saya sudah mati rasa untuk merasakan hangatnya matahari. Dan saya sudah tidak lagi meyalahkan dia atas mati rasa yang saya alami. I may forgive him but I never forget all things he makes me feel; happy and sad, smile and cry.

Forgiveness is the attribute of the strong
-Mahatma Gandhi

Picture here

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date