Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Karena Separuh Aku...AKU!


Friend: Apa kabar?
Me: Baik..baik banget malahan.
Friend: Kok jawabnya dingin banget? Kamu marah sama aku?
Me: Marah apaan?! Nggak. Aku baik-baik kok.
Friend: Kamu lagi ada masalah ya? Cerita deh sama aku.
Me: Aku nggak apa2. Aku sangat baik-baik.
Friend: Jawaban yang sama menandakan bahwa hati mengatakan berbeda.
Me: Pengulangan jawaban itu menandakan penegasan.
Friend: Memang pengalaman traumatik bikin orang tertutup.

Olalaaa... Saya malah jadi bengong membaca sms teman saya itu. Saya tidak tahu bahwa masih begitu orang yang menganggap saya belum bisa moved-on dari perasaan lama saya.

Seandainya mereka tahu... Saya sudah lama meninggalkan semua luka lama itu. Saya sudah jauh melangkah dari harapan untuk bisa kembali pada harapan yang dibuat semu untuk saya. Dan saya bisa pastikan bahwa sampai pada perjalanan saya hari ini, saya memang baik-baik saja. Kalau kalimat “AKU SANGAT BAIK-BAIK” dirasa masih belum cukup untuk mengejawantahkan apa yang saat ini sedang saya hadapi, maka saya tidak tahu harus menggunakan kalimat apa yang lebih tepat.

Ketika beberapa bulan lalu saya putus, seorang teman saya masih juga mengatakan, “Pasti karena dia lagi.” Penyangkalan saya berbuah anggapan bahwa saya memang masih larut dalam masa lalu saya. Sampai akhirnya saya hanya bisa garuk-garuk kening. Saya bingung. Benar-benar bingung mengatakan pada orang di sekitar saya, bahwa kiblat hati saya sudah saya ubah.

Beberapa minggu yang lalu teman yang lain mengatakan hal yang juga membuat saya ternganga. Ketika kami sedang membaca buku masing-masing tapi TV disetel dengan volume lirih. Saya tidak tahu acara apa yang ada di TV, tapi saya ingat sekali bahwa suara di TV mengatakan “Hati yang terlalu disakiti membuat seseorang tersebut menjadi mati rasa dan membutuhkan waktu lama untuk menyembuhkan. Bahkan bisa saja tidak bisa disembuhkan.” Teman saya rsecara reflek langsung menyahut, “Itu kamu banget deh.”

Saya memang pernah sakit hati, karena merasa disakiti. Saya yang merasa disakiti, karena saya idak tahu apakah orang lain tahu bahwa dia ketika itu sedang menyakiti saya. Saya pernah menangis. Saya pernah hampir putus asa. Saya pernah merasa bahwa saya tidak pantas untuk siapa pun. Saya pernah merasa saya bodoh, hina, hancur dan segalanya.
Tapi itu dulu.
Sekarang saya sudah bangkit. Saya berusaha mengobati luka saya sendiri. Saya mencoba hidup dengan mensyukuri apa yang sudah saya miliki ataupun yang belum/tidak saya miliki. Karena saya tahu, tidak akan ada dokter atau dukun mana pun yang mampu menyembuhkan sakit saya kecuali saya sendiri.

Sedikit kutipan dari Shahnaz Haque yang tadi sempat saya lihat di infotainment, “Wanita yang kuat adalah wanita yang tersenyum, optimis, penuh harapan, selalu berusaha, dan selalu percaya pada Tuhan. Tak ada dokter yang lebih baik dari diri kita sendiri. Dokter di rumah sakit hanya membantu menyembuhkan, tapi dokter terbaik adalah diri kita sendiri.”

For every complex problem there is an answer that is
clear, simple, and wrong.
~ H. L. Mencken


Picture here

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date