Sweetest Nightmare

Berani Bermimpi adalah Berani Mengambil Risiko dan Kesempatan

Smile

Vennic Rayenhard Nicolas. Namanya susah sekali diucapkan oleh lidah saya yang asli Jawa. Apa istimewanya makhluk itu selain namanya yang susah diucap? Ganteng, tinggi, putih, dan bikin saya senyum-senyum.

Hahaha.. Sorry bukan senyum tapi ngakak.

Jumat siang (kemarin) Yu Sri alias Mbak Sri, Customer Service di tempat saya ngajar, datang ke meja saya dengan wajah penasaran, kaget, dan heran. "Dicari orang, di depan," katanya sambil sedikit bisik-bisik. Dan si Yu Sri ngeyel bin tidak percaya ketika saya bilang kalau itu siswa.

"Orangnya tinggi, putih. Naik mobil seperti mobilnya Pak Heri," Yu Sri meyakinkan saya (dengan Bahasa Jawa yang kental, tentunya). Saya akhirnya bangkit dari kursi dan menuju 'markas' Yu Sri di front office. Dan saya benar-benar menemukan sosok jangkung yang tengah berdiri memegang buku setebal 500 halaman.

Semua mata memandang Vennic dengan tatapan asing, kecuali beberapa pengajar yang pernah mengajar di Magetan dan masuk kelasnya. Pengajar yang sudah kenal langsung melemparkan pertanyaan-pertanyaan heran "Tumben dandan ganteng, mau ke mana?" "Lho kamu kan biasanya cuma pake baju olahraga kalau di kelasku?" "Kamu biasanya pake celana pendek dan kaos-an, kenapa sekarang rapi banget?" Dan banyak pertanyaan lain.

Hahaha..Saya lama nggak nulis dan begitu ada cerita, malah tentang siswa bertagline Vennic. Tentang kehebohan dan kegemparan yang terjadi di tempat ngajar saya di Madiun setelah melihat 'alien' ganteng.

Saya memang bukan pengajar yang terlalu dekat dengan siswa, kecuali memang siswa tersebut sering belajar bareng saya. Vennic juga bukan siswa yang terlalu dekat dengan saya, tapi dia sedang mengingat saya untuk minta diajari Bahasa Inggris, makanya dia rela ke Madiun mencari saya.

Tentu saja saya sukses membuat sebagian kelas gempar karena kedatangan Vennic. Sukses membuat cewek-cewek malu-malu karena mau kenalan. Dan tentu saja sukses membuat Jumat mendung menjadi sedikit cerah. Yang paling penting adalah saya masih bisa tersenyum mengingat senyum-senyum yang kemarin saya temui.

Lalu saya merasa hangat, karena dunia saya tidak terlalu hampa. Ada hal-hal sederhana yang bisa membuat saya tersenyum dan merasa diperlukan. Saya tidak perlu merasa terluka sampai sakit jiwa (pada apa yang saya tidak ketahui kebenarannya, pada hal yang nisbi, pada hal-hal pancingan yang tidak penting). (Memang) Ada banyak hal yang membuat saya tidak bersepakat, tapi saya masih punya hal lain yang cukup membuat kurva senyum saya melengkung ke atas.

Sayangnya saya tak punya foto bersama Vennic. Hanya ada foto profile WhatsApp dia bersama adik-adiknya yang tidak mungkin saya ambil untuk posting kali ini.

Just a smile for little happines.
:)

Dia

After Years

Merindukan rumah ini, yang mungkin telah dihuni laba-laba. Tak mengapa. Sekarang aku datang untuk sekedar mengintip.

Menatap langit-langit yang pernah gemintang. Memandang dinding yang sempat hangat. Menghirup udara yang pernah segar pun menyesakkan.

Tidak ada yang berubah dariku. Aku hanya sedikit merehatkan hati untuk tidak mengisi lembar di buku ini. Karena aku sedang kembali menata segala hal yang porak poranda. Menyusun kembali pecahan kaca dalam dada. Maka seperti inilah muaranya.

Aku tertatih untuk berhenti membuat semua orang memenuhi kepalaku. Aku terseok menanti pagi seusai malam. Aku pernah terdampar dalam segala hal bernama cinta 'dosa' besar, karena seharusnya cinta adalah milikNya. Aku pun mati-matian membuat semua orang mempercayaiku bahwa aku telah tak lagi di sana.

Ah, mereka hanya bisa berkata. Maka kubiarkan mereka berkata seperti yang mereka inginkan. Kuijinkan mereka bahagia dan tertawa terbahak-bahak setelah sempat membuangku. Mereka bisa melakukannya, tapi aku belum mati. Aku masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memperbaiki diri.

Maka di sinilah aku sekarang. Di titik yang hanya bisa kutemukan. Di titik di mana aku mencoba memaafkan mereka yang dengan (tidak) sengaja melukaiku dengan senyum bahagia yang terkembang di seluruh gua, pantai ataupun gunung yang pernah mereka singgahi.

Selebihnya, aku mencoba memaafkan mereka tapi belum bisa menghapus nama mereka dari daftar orang yang pernah membuatku busted in tears.

That's all.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Mereka yang Mampir

Translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Guess House

free counters

Popular

Clock

Meeting Room

About Me

Foto Saya
Asmara Nengke
Solo, Indonesia
Not too simple, just unique, extraordinary and limited-edition. Others' big words mean nothing to me.
Lihat profil lengkapku

Kanca-Kanca

Talk to Me

Up to Date