Hal
yang tidak saya sukai kembali lagi. Saya benar-benar kesal. Tapi saya diam
tanpa mengatakan pada mereka. Dan saya masih seperti semula ketika saya
berpura-pura tertawa lebar atau sekedar tersenyum manis untuk menutupi kesal.
Saya
tidak suka dicampuri tentang *dengan siapa saya berteman*. Kalau saya hanya
berteman saja apakah salah? Apa saya tidak boleh punya hal biasa saja? Apakah semua
hal yang saya lakukan harus menjadi hal besar dan berita heboh untuk semua
orang? Maaf, saya bukan pembuat sensasi.
Saya
capek. Saya ingin menikmati hidup saya sendiri.
Mereka
tidak akan pernah tahu apa yang sungguh saya pikir dan rasa. Mereka tidak akan
pernah mengerti apa yang selalu saya sebut di tiap sujud panjang saya. Mereka tidak
akan suka ada di posisi saya. Betapa tidak menyenangkan ketika ingin damai (dengan
segala yang saya jalani) tapi semua orang ribut dengan opini mereka yang
menyesakkan.
Tak
bisa kah mereka berhenti berkomentar? Percaya saja pada takdir yang telah
tertulis di Lauhul Mahfudz, seperti saya mempercayainya. Ini bukan tentang
kesabaran saja, tapi juga tentang berjalan pada rel yang tidak salah.
Kenapa
tidak belajar bersama? Mereka belajar percaya dengan takdir dan saya belajar mencintai
takdir. Adil kan?!
In
three words I can sum up everything
I’ve
learned about life: it goes on.
-Robert Frost
Picture here |
0 comments:
Posting Komentar