Saya
lagi ingat someone. Ingat doang, doesnt mean I'm missing him. Swear cuma
tiba-tiba ingat aja.
I
wonder does he ever remember me? Us?
Kalau
kata teman saya "Ngayal lu ketinggian. Realistis lah! U never be his, it
means u mean nothing to him." Yaa Allah mulutnya kejam ancur mirip ibu
tirinya Cinderella aja. Bukan tentang him, tapi the reality about me, all about
me, yang bikin saya nyesek. Karena semua itu benar adanya. Satu, saya tukang
ngayal. Dua, saya nggak realistis. Tiga, saya nggak akan jadi miliknya.
FYI,
itu kalimat munculnya pas saya lagi miss him like hell kira-kira setahun
kemarin.
Dan
'him' di sini, dia nggak hidup di sekitar anda, dia hanya ada di otak saya.
Nahlho... Cakep nggak tuh?!? Hidupnya cuma di otak saya. Beuh, untungnya otak
saya muat.
Setahun
yang lalu, saya ngayal kalau dia touched down in my boarding house with his big
luggage and say so many things. Countless. Unforgetable. Awalnya kami bicara
south-north-west-east, lalu mulai dia minta maaf tentang banyak hal. Anggap
saja tentang buku, tentang waktu, tentang hati, tentang banyak hal. Again,
countless. Saya yang ditinggal roomate saya dan saya lagi banyak kerjaan,
pulang ngantornya jelang maghrib (jelang buka). Dan berakhir dengan nggak buka
karena nggak laper waktu liat dia belum makan juga, tapi harus trip jauh buat
nyamperi saya di pinggir jalan raya provinsi.
Saya
benar-benar tukang ngayal tingkat duryudana (nama pemimpinnya Kurawa; lawannya
Pandawa). That's why friend of mine said that I should've be more realistic
than thinking about unreal thing. Eh, saya realist yang imajiner lho menurut
tes yang saya lakukan di kepribadianku.com *ya ampun random think banget ya
saya akhir-akhir ini.
Okay,
back to him.
Saya
hari ini tiba-tiba ingat dia -let's called him Mr. Just My Imagination-. Saya
tegaskan lagi, I don't even miss him. Kenapa tiba-tiba? I'm just already
noticed this is August in a different year with the same name. Sudah tengah
bulan, eh baru inget aja. Dan saya tahun lalu -in August definitely- met him
(Mr. Just My Imagination) in very vivid meeting. Setelah kami membahas banyak
hal, we did a thing yang bikin saya nggak puasa esok harinya. You know what?
Dan jawabnya adalah begadang sampe early morning without saying a thing, dan
pas waktu sahur kami ilang di mimpi masing-masing. Karena kemarin nggak buka
-cuma buka air putih dan teh sedikit- akhirnya saya memutuskan untuk tidak
puasa. Tapi saya juga ga makan sampai waktu buka. Padahal ada yang bikin
ancaman "Kalau kamu nggak mau makan, aku belikan kamu makan"
Hahaha...tambeng
aja saya-nya, kan nggak lapar. Maaf yaaa... (kalau yang saya maksud baca ini)
Setahun
yang lalu juga, saya cerita hal itu pada sahabat dekat saya by phone because of
the distance, dan mendapat respon that I had to be realist in thought a thing.
Dia nggak tahu kalau membayangkan alias ngayal itu hal paling menyenangkan
sejagat. Kalau nggak menyenangkan buat apa muncul 'seandainya', 'jika', 'what
it' dan lain-lain. Huh, nggak asyik ya teman saya!
Saya
mengingat dia karena saya mikir, pernah nggak ya dia mikir saya. Pernah nggak
ya dia menyimpan saya? Pernah nggak ya dia mimpi tentang saya? Pernah nggak ya
dia ingat saya? Pernah nggak dia pengen ketemu saya? Pernah nggak ya recently
dia pengen bilang 'something' tapi he just lost his words? Pernah nggak ya dia
pengen meluk saya erat saat saya ada di dekat dia dan nggak akan pernah dilepas
sampai kapan pun? Pernah nggak ya dia kangen saya? Tuhkan... Ujung-ujungnya
ngomongin kangen. Okay, I don't care about that last shit question. And
everybody must know, the answer is (maybe) A BIG NO NO. Remind you all, he's
Mr. Just My Imagination. Hahaha.. Kurang tolol apa saya? Mikir somebody yang
never be real to me even to touched his shadow.
Jadi
ingat kata-kata saya jaman dahulu kala waktu menasihati teman yang lagi galau
'If u love two or more guys, the last one is the guy u love most. Because u
wouldn't love that guy if u still love the previous one.' Nancep banget di
otak saya, bahwa saya nggak akan jatuh hati sama orang yang sayang sama lebih
dari 1 cewek. But then I noticed that we never knew with whom we would finally
falling. It goes straight at first, as lempeng as jalan tol, till you realized
unbearable thing from him.
Lho,
kenapa jadi curcol begini. Huh, selalu deh saya ini.
Eh,
back to the topic, about my Mr. Just My Imagination. Ternyata I do serious with all questions about 'pernah
nggak' above, except the last question. Saya-nya pengen nanya langsung ke ybs,
tapi tanya lewat media apa? Telepati? Sorry, I'm not a teleporter.
(Halllooo...telepati sama teleport itu beda.) Maaf yaa... Hehehehe... Kan sudah
saya bilang kalau saya lagi at the time of random think, jadi yang ditulis suka
tiba-tiba nyampur nggak jelas.
Jawabnya
(let's imagine the situation), instead dengan muka dibuat tanpa ekspresi dan
suara dibuat sedatar mungkin "Aku nggak akan bilang ke kamu jawabnya
apa." Nahlho... (think another way to make him talk). "Kan
pertanyaanya cuma tentang 'pernah atau nggak'. Jawab aja. Please."
Ya
ampun saya pengen banget pakai bahasa kasar buat saya sendiri. I was just looks
like a slut-whore-shag bitch with those sentences. I laughed. Rolling on my
bed. Really. Muka saya pasti saya buat sok imut dan melas memohon. I did it
every I asked things to whoever even my parents. Ajaib. It works, either. I
laughed rolling on my bed, LROMB. Statement baru, beside LROTF.
Efeknya
adalah saya memang benar-benar ingin tahu di mana my Mr. Just My Imagination
sedang berada dan apa kabar dia. Kalau boleh sedikit lebih parah, saya ingin
memeluk dan dipeluk dia sampai tertidur atau hanya cuddle together without
do anything. Saya ngayalnya kali ini tingkat Bathara Krisna (Dewanya para
dewa tuh). Kan sudah jelas, Mr. Just My Imagination itu won't be real for me.
He just lived in my mind and now he's left. Honestly, I never know where he is.
Hey
you, Mr. Just My Imagination... Noticed me if you're real. Everybody know, it
hurts being invisible shit for the one we wanted most. Even though you're not
in my mind anymore, could you please tell me the real thing about you? Okay, I
think you're okay with those perfect life with everyone you bloody-damn love,
but I can't help from thinking about we were.
See
you.
It is a sign of strength, not
of weakness, to admit that you don't know all the answers.
-John P. Loughrane
-John P. Loughrane
Picture here |
0 comments:
Posting Komentar