Tentang sahabatku.
Aku bingung mau mulai dari mana. Aku menyayangi dia, tulus. Ah, seharusnya kata
‘tulus’ tak boleh terucap, tapi aku bersungguh-sungguh ingin dia tahu bahwa apa
yang kutawarkan atas persahabatan kami bukanlah hal remeh. Aku berharap banyak
hal dari kemampuan dan pesona yang dia miliki.
Bukan tentang
sesuatu yang mewah dan melimpah ruah, hanya sedikit mengingatkannya bahwa aku menyukai
segala kebersahajaan dan kesederhanaan yang dia miliki. Itu dulu, dulu sekali
ketika kami baru bertemu. Aku ingin selalu melihatnya dalam balutan
kesederhanaan itu.
Namun aku
akhir-akhir ini begitu kecewa padanya. Sikapnya, hatinya, pola pikirnya telah
berubah. Bahkan mungkin jiwanya telah tak lagi sama seperti ketika aku
meninggalkannya berlari dan menari menjauh. Semuanya berubah begitu cinta
memenuhi atmosfer jiwanya. Iya, cinta. Cinta yang salah, cinta yang tak
semestinya. Cinta yang membuatku tak sanggup memeluknya lagi. Dan kutahu dia
menyembunyikan cinta itu dari hadapanku, karena dia tahu saya akan menjadi
orang yang paling kecewa atas keputusannya.
Sesekali aku
sangat ingin membuat dia tahu bahwa aku telah mendengar semua hal dengan amat
jelas tanpa dia perlu mengatakan padaku. Banyak hal yang telah sampai pada
telingaku dan hatiku meski dia menyembunyikan sangat rapat dariku. Iya, tentang
cinta itu. Perasaannya itu membuat aku menangis tanpa perlu dia melihatku
berurai air mata.
Sekarang aku
membiarkannya menikmati sensasi sakit jiwanya. Meskipun kadang satu sisi hatiku
ingin menariknya sejauh mungkin. Aku ingin memeluknya dan mengatakan bahwa aku
terluka lebih dari yang pernah dia bayangkan. Aku membenci rasa yang dia
jadikan sebagai perangkap bagi dirinya. Aku kecewa karena cintanya.
Aku menyayangi dia
sepenuh hatiku, tapi aku kecewa, terluka dan menangis. Aku ingin dia kembali. Aku
ingin dia mengakui kejujuran yang dia tutupi. Aku ingin dia menjadi keelokan
mataku lagi. Aku ingin mampu membuatnya menyadari bahwa segala marah dan kecewa
ini adalah harapan besar untuk kebaikannya.
There is no trap so deadly as the trap you set for yourself.
-Raymond Chandler-
Picture here |
0 comments:
Posting Komentar