Hidup
adalah pilihan.
Sebuah creo yang dipakai (mungkin
hampir) oleh semua orang di dunia.
Masalahnya adalah hampir semua orang ‘memilih’
tapi tidak banyak yang konsisten dengan pilihan yang dibuatnya.
Hehehe..
Saya sebenarnya tidak mau membahas
mengenai ‘pilihan’ itu. Hal yang terlalu berat untuk ditulis. Tapi setelah saya
menyelesaikan ‘hari saya’ kemarin, saya jadi memikirkan nasib teman-teman saya.
Dalam kelas saya yang berisi ‘hanya’ 20
mahasiswa, mereka punya pilihan yang beragam untuk ‘melunasi’ pilihan yang
telah mereka buat pada akhir 2010. Memilih untuk ‘melunasi sebelum seminar’, ‘melunasi
sesudah seminar’, dan ‘melunasi sesudah sidang’. Semua memilih untuk, atau
lebih tepatnya ingin, ‘melunasi sesudah sidang’. Tapi pada kenyataannya tidak
semua konsisten dengan pilihan itu. Dan opsi pertama dan kedua akhirnya menjadi
bentuk ke-tidak-konsisten-an atas opsi terakhir.
Hari ini saya hanya ingin berbagi
bahagia. Mungkin hanya sedikit, sepotong, secuil kebahgiaan yang saya bagikan,
tapi saya bersyukur. Saya bersyukur karena saya bisa konsisten dengan pilihan
yang telah saya buat. Dan rasa syukur itulah yang saat ini menyesaki hati dan
otak saya.
Alhamdulillah saya telah menyelesaikan
sidang saya kemarin. Itu adalah sebuah anugerah karena seringkali saya hampir
menyerah.
I owe this picture, here! |
0 comments:
Posting Komentar