Jauh
darimu tidak membuat aku rela begitu saja melepaskanmu. Aku punya banyak
kekhawatiran tentangmu. Tentang bagaimana kamu akan menjalani perjalananmu
tanpa aku. Apa kamu masih akan dengan kekeraskepalaanmu? Atau kamu akan
bertahan dengan ‘autisme’ pada gadget
kesayanganmu? Atau kamu akan makin menjadi anak nakal?
Ah,
rupanya aku salah! Kamu hidup dengan baik dan hidupmu berkembang indah layaknya
bunga di musim semi.
Baiklah,
aku percaya kamu akan baik-baik saja, hidupmu akan makin membaik tanpa perlu
khawatir sedikit pun. Mereka menjagamu dengan baik dan malaikat pun melindungimu.
[sampai hati kamu melakukannya]
Tapi
hatiku benar-benar hancur mendengar tentangmu yang mulai tidak lurus. Aku masih
bertanya-tanya apakah kamu benar-benar masih selurus dulu, atau kamu memang
menyembunyikan banyak hal dari kami. Kamu merasa kami selalu tak bersepakat
denganmu, selalu menentang maumu.
Mengertilah!
Kami khawatir padamu. Kami peduli padamu. Saat cintamu tak berlabuh pada hati
yang tepat, kami ingin kamu baik-baik saja. Kami memberimu kekuatan bukan kami
tidak percaya padamu. Itulah cara terbaik menjadi pelindung bagi sayapmu yang
rapuh.
[aku tersiksa memendam segala
sesak ini]
Jarak
membuatku memendam semuanya. Aku tidak ingin kamu merasa bahwa aku sok menasihatimu,
sok perhatian padamu, atau sok peduli. Asal kamu tahu saja, aku memang ingin sekali
menasihati, memberi perhatian dan peduli padamu agar hidupmu tidak kacau.
Agar kamu punya harapan yang lebih baik untuk masa depanmu.
Namun
kuendapkan rasa peduliku.
[jangan jatuh cinta padanya!]
Mungkin
jerit itu hanya mampu didengar oleh hatiku. Aku mengatakannya jauh di lubuk
hatiku. Aku tak ingin kamu merasa kusakiti jika kuucap padamu. Sekuat hati
kucoba menjaga perasaanmu. Mengertikah engkau?
Marahlah
jika kamu ingin marah. Luapkan padaku! Aku ingin mendengarmu berkata jujur
meski dalam amarah yang meluap. Aku ingin kamu berhenti menjadi orang lain
bagiku, bagi kami. Karena kamu adalah harta berharga bagi kami.
pic owner is here! |
0 comments:
Posting Komentar