Apakah kamu menyesal, ketika mengabaikan semua peringatan sahabatmu untuk
meninggalkan seseorang yang kamu tahu memang bukan orang yang menjadi mimpimu,
bahkan orang yang sempat kau benci kelakuannya, tapi kamu akhirnya mempercayai
apa yang dia katakan padamu. Pastinya rasa sesal itu ada. Pastinya rasa sedih
pun ada. Dan akhirnya kini kamu memang harus memilih untuk tidak peduli lagi
pada apa yang dia suguhkan di depan matamu.
Mungkin terasa seperti kamu mengiba padanya untuk kembali. Tapi yakinlah,
bahwa di hati kecilmu kamu telah tak bersamanya. Kamu sebenarnya telah lebih
dulu menjauh, bahkan ketika kamu mengatakan bahwa kamu takut kehilangan dia.
Baiklah... Baiklah... Semua memang akan sedikit buruk pada awalnya. Akan ada
rasa lemah yang menyergap kekuatan yang telah kamu kumpulkan sejak awal. Kamu akan
sedikit memendam emosi yang tidak biasa. Kamu akan merasakan perubahan yang
sedikit membuatmu mengakui bahwa harimu pernah dicerahkan. Kamu akan merasa ada
yang berkurang ketika kamu mengawali harimu pada keesokan harinya.
Hanya sementara. Suatu hari, kamu akan dengan mudah tidak lagi ingat
seperti apa dia memperlakukanmu, entah itu baik, atau bahkan sangat buruk. Kamu
akan dengan santainya melenggang melewati jalan hidupmu.
Lalu apakah yang akan kamu lakukan ketika mendapati dia (mungkin) mengirim
pesan dan menanyakan, “Kamu sedang apa?”
Kamu akan dengan ringan, membanting ponselmu ke samping dan berkata, “Ada
hal lebih penting yang harus kuselesaikan.”
Atau “Membalas sms yang lain saja, yang ini bisa dibalas nanti atau besok.”
Hanya perlu sedikit waktu untuk mengembalikan tubuh, otak, dan jantungmu ke
sistem permanen yang telah dibangunnya (oleh otak, tubuh, dan jantung) selama
bertahun-tahun kemarin.
Pict borrow here |
0 comments:
Posting Komentar