Maka malam memang harus diam di antara
sekat. Memutuskan bahwa gelap memang sahabat. Bukan sekedar penawar luka yang
hebat, hanya seikat bebat yang melekat. Inilah semenit pekat yang tersinari
oleh tekad, meski mungkin berakhir sekarat.
Di antara jelaga dan penat, kadang
sekuntum mawar putih masih didamba. Ada secarik asa yang memenuhi sujud dan
doa. Meski bukan doa orang suci, tapi Tuhan tak pernah salah menjawab pinta.
Jika senja ditakdirkan menjemput malam, maka jodoh memang tak pernah salah.
Sejauh mata, hati, dan pikiran
berkelana maka tetap akan ada satu muara. Biar jalan cahaya menuntun pada
sebuah cara. Karena hati adalah sebuah cermin di antara sakit, marah, dan lara.
Tidak ada luka yang abadi meski sakit memang membuat jera.
Jangan berjanji sekali, apalagi dua
kali. Berjalan bersama mungkin tak menghindari sakit dan perih hati. Namun
mencoba berjuang bersama akan lebih memberi arti. Jika dingin menyergap jangan
lantas menyerah, tapi sejenak rehat untuk berlari lagi. Sekali lagi, karena
Tuhan mendengar pinta tulus dari dasar hati.
[Sebuah catatan confession ketika escape]
P.S.
Tribute to you who has had promise to
'keep loving me'. I wish nothing but the best. This will never be the best
thing I give you, but I'm keep trying to be my best in every single breath I
take with or without you.
Gambar di sini! |
0 comments:
Posting Komentar