Lagi-lagi aku menulis untukmu. Buatku kau memang istimewa meski bukan yang terbaik yang pernah kumiliki.
Membaca pesan singkatmu pagi ini membuatku bergetar hebat. Aku bisa merasakan apa yang kau rasa di sana. Segala yang kau usahakan, kau perjuangkan adalah hal yang tidak pernah bisa dianggap mudah atau sia-sia. Bagaimana kau mencoba bertahan, bagaimana kau mencoba melawan, bagaimana kau mencoba tetap tegak berdiri sekokoh karang.
Aku pernah sepertimu, Sayang.
Tapi apakah kau mau sepertiku?
Jangan! Biar semua kurasa sendiri.
Aku ingin melihatmu bertahan. Kuat menghadapi segala macam ketidak-ramahan, tegar menghadapi segala macam ketidak-mampuan, tersenyum menghadapi segala macam ketidak-berdayaan. Bukan memintamu pasrah pada keadaan, tapi bertahan dalam sabar untuk menjemput impian yang lebih baik.
Kau berhak bahagia, Sayang.
Hatiku pedih mendengar keluhmu. Aku terusik ketika kau mengucap lelah. Aku mengerti bagaimana kau berjuang. Selama ini bukan perjuangan biasa yang kau lakukan, kau berjuang sepenuh hatimu, seluruh jiwa dan kemampuanmu. Kau berikan segala kebebasan yang kau punya dan membelenggukan diri dalam ikatan yang mungkin saja bisa menjeratmu hingga tak bernapas.
Kumasih ingin melihatmu sekuat dulu, Sayang.
Aku tidak akan meminta sayap pada Tuhan untuk menerbangkanku padamu saat ini. Aku tidak mau melihatmu dalam keadaan yang belum kau sepakatkan kebaikannya. Jika Tuhan ijinkan, aku meminta agar kita bertemu dalam senyum yang telah membawa damai di hati kita.
Bee, aku menanti hari saat kita kembali berbaring bersama dan mendengarkan detak jantung kita masing-masing yang akan melukis senyum dan damai.
picture from here |
I do not know anyone who has gotten to the top without hard work.
That is the recipe.
It will not always get you to the top, but it will get you pretty near.
~Margareth Thatcher~
0 comments:
Posting Komentar