Kenapa
hari ini? Mungkin begitu tanyamu. Maka aku katakan bahwa aku tak pernah tahu.
Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang sedang kurasa. Tentang awan yang
akhirnya berakhir menjadi hujan, di langi yang kupandang.
Andai
kau tanya apakah ini rindu. Jika menurutmu begitu, anggap saja benar.
Andai
kau tanya apakah ini marah. Jika menurutmu begitu, anggap saja iya.
Andai
kau tanya apakah ini sayang. Jika menurutmu begitu, anggap saja semaumu.
Andai
kau tanya apakah ini kesal. Jika menurutmu begitu, anggap saja demikian.
Aku
hanya membayangkan saat-saat aku melihat duniamu dari mata batinku. Mengawasi dengan
cemas. Menatap dengan haru. Mengharap dengan rindu. Dan semua rasa di masa itu.
Aku hanya kembali merasainya. Meski hanya
sejengkal.
Merasakan
perhatian yang utuh saat menggenggam tanganku. Merasakan perlindungan penuh
saat merangkul bahuku. Merasakan dunia yang hangat saat melihatnya tertawa. Merasakan
aroma surga yang menguar dari nafasmu yang menyentuh tiap inchi kulitku. Dan merasakan
seperti bidadari hanya karena sebuah pesan singkat.
Semua
sudah usai. Tanpa sisa. Tanpa kata. Hanya ada gumpalan rasa yang tidak pernah
terpedulikan (lagi). Hanya ada aku dengan segala pikiran yang tak akan mereka
mengerti mengapa aku begini.
Tak
perlu ada tangis dan air mata lagi. Semua telah mengering. Sepertinya keringnya
rasa itu untukku. Dan aku akan perlahan memahami bahwa aku tak lebih berharga apa
yang telah dipilih hari itu hingga hari ini.
Jika
sempat tulisan ini terbaca, maka akan kukatakan dengan jujur bahwa aku mencoba
untuk jujur. Sekian waktu aku berpura-pura baik-baik saja, padahal aku menyembunyikan
rasa yang tidak dapat kuejawantah dalam ribuan kalimat bahkan dalam satu novel
atau drama. Kepura-puraanku adalah bentuk terbaik yang kupunya untuk tetap
melihat senyum yang sesungguhnya sangat menyayat.Bukan untuk siapa pun, hanya
untuk diriku yang terlalu sakit ketika kusadari aku tak lagi punya impian.
Maka
jangan berlagak mengerti aku karena tak ada yang kusampaikan tentang semua
rasaku meski dalam ke-nyinyir-an yang dirasa oleh mereka.
You never
really understand a person
until you
consider things from his point of view
Until you
climb inside of his skin and walk around in it.
-Harper
Lee
Picture here |
0 comments:
Posting Komentar