Saya dikejar deadline. Hhuft.
Ini sudah tanggal 4 dan saya masih
belum tahu cara membayar gaji pengajar yang masih 80% belum terbayar. Tapi saya
benar-benar tidak tahu darimana saya mendapatkan uang untuk menggaji mereka. Bukan
hanya pengajar, tapi juga seorang pegawai. dan tentu saja gaji saya sendiri. Pemilik
aslinya tenang-tenang saja. Padahal sebagian besar uang sudah saya serahkan,
tapi tak ada sepeser pun yang diberikan pada saya untuk menggaji para pengajar.
Besok mungkin akan jadi hari terburuk
bagi saya. Saya ketemu beberapa pengajar, dan saya hanya pegang uang ala
kadarnya yang tidak bisa saya gunakan untuk melunasi gaji mereka. Saya juga ada
deadline untuk menyerahkan draft novel saya ke editor saya yang cantik di ujung
sana.
Dada saya sudah sesak membayangkan apa
yang akan terjadi besok. Deadline mungkin bisa menunggu, tapi pemberian gaji
tak bisa menunggu sama sekali. Dan saya tidak punya cara untuk menggaji para
pengajar
Sebenarnya saya tak harus menulis apa.
Yang pasti hari ini saya tutup dengan sebuah mimpi tentang seseorang. Mimpi aneh.
Membuat perasaan saya makin kacau dan dada saya makin sesak.
Seseorang yang entah berada dimana,
entah di gunung, entah di laut, entah di gua. Entah. Saya memang tidak pernah
menanyakan kabarnya, atau berusaha menanyakan kabarnya. Untuk apa menanyakan
kabar pada orang yang tidak ingin kabarnya saya ketahui. Toh, dia juga tidak
pernah peduli pada saya lagi.
Mimpi saya tentang orang yang sama
sekali tidak lagi terlintas dalam ingatan saya. Bahkan saya enggan membuka
phonebook HP apakah saya masih menyimpan nomernya atau sudah saya hapus. Beberapa
tahun ini saya absen dari hidup dia, begitu juga sebaliknya, saya rasa dia
lebih dari sekedar baik saat ini. Setidaknya saya serius dengan niat saya untuk
menyembuhkan jiwa saya.
Saya bermimpi bertemu dia di suatu
tempat. Menurut mimpi tadi, saya berada di tempat kerja dan begitu keluar, saya
melihat dia. Dia mengatakan ingin memberikan sedikit hadiah untuk saya. Saya kaget
karena dia tidak pernah memberi saya benda apapun. Tapi mimpi saya berakhir
ketika mendengar suara mobil bapak masuk ke garasi.
Awal bulan buruk bagi saya. Entah kapan
akan berakhir. Saya tidak pernah tahu. bahkan saya tak tahu apakah bisa berakhir atau makin menyiksa.
When
I walked away,
I
knew it won’t be the same anymore.
But
I see that I’m the light of my life.
0 comments:
Posting Komentar