Jika
akhirnya saya kembali teriris, bukan karena saya tidak mampu mengerjakan yang
mereka mau. Saya hanya perlu dihargai sebagai manusia. Manusia biasa. Tamnpa menyertakan
segala macam gelar dan atribut yang menempel pada kening saya.
Apakah
penghargaan terhadap manusia sudah habis terkikis? Apakah menghargai manusia
sebagaimana kodratny sudah meng-aus? Apakah susah memperlakukan manusia dengan
layak? Apa susahnya?
Kalau
saja mesin bisa dicetak dengan printer saya, maka akan saya buat uang sebanyak
yang orang mau. Jika uang memang bisa dicopy dengan mesin fotocopy biasa, maka
akan mudah bagi saya memenuhi keinginan semua orang. Punya uang melimpah.
Tapi
maafkan saya karena saya bukan mesin penghasil uang. Saya hanya tahu bahwa
pekerjaan itu perlu passion tidak hanya patient. Kalau patient saya menipis
drastis maka passion saya pun menguap.
Sekali
lagi, mungkin perlu saya ingatkan. Saya manusia. Saya penuh salah, lupa, dan
dosa. Hati saya bukan terbuat dari batu apalagi baja.
Hati
saya hanya ranting yang bisa patah ketika tak lagi mampu menahan derasnya
hujan. Saya hanya manusia biasa.
Ketika
saya memilih berpaling, oleh karena ranting itu mulai tak lagi utuh. Perlu sesuatu
yang bisa membebatnya agar kembali kuat. Agar tak terlanjur menjadi patah.
Picture here |
Time to leave now, get out of this room, go somewhere, anywhere;
sharpen this feeling of happiness and freedom,
stretch your limbs, fill
your eyes, be awake, wider awake,
vividly awake in every sense and every
pore.
Stefan Zweig
1 comments:
curhat niiih....
Posting Komentar