Sudah hampir 10 tahun saya berteman dengan dia, banyak sekali hal yang kami bagi. Mulai tentang susahnya hidup di rantau, hingga pada masalah kasih tak sampai, bahkan hal-hal remeh pun pernah kami bahas tuntas.
Akhirnya beberapa waktu lalu dia mendapatkan gadis idamannya. Kami membahasnya via sms dan dia pun akhirnya sedikit menanyakan apa yang terjadi pada hidup saya recently. Saya jawab apa adanya dan memang jawaban saya sedikit melankolis dan puitis.
Oh My God! Dia salah duga!
Hulala...
Di sebuah jejaring sosialnya, dia menulis status tentang bagaimana seorang sahabatnya sedang meratapi hidup. Ah, saya kah yang ditulis olehnya? Tentu saja. Itu kalimat sms saya yang dia pakai untuk menandai bahwa saya sedang meratapi hidup.
Saya tertawa.
Menertawai banyak hal. Terutama menertawai diri saya sendiri. Saya yang sedang belajar memandang segala hal dari sisi orang lain, ternyata tidak mudah membuat orang lain melihat saya dari sisi saya. Dan pada akhirnya pagi buta saya menulis beberapa sms padanya. Sms saya yang terakhir adalah seperti ini:
Yeah..pd akhirnya pikir sendiri olehmu sperti apa aku.
Kalo mnurutmu aku tukang meratap, tdk bs mnikmati hidup, ya itu aku.
Aku tdk akan sangkal apa yg org pikir ttg aku. Org punya penilaian msg2, tp tdk mutlak, yg mutlak cm ALLAH.
Sms2 sbelum ini bukan intervensi agar km pikir bahwa aku baik. Sama skali tidak!
Aku sm skali tdk baik, aku manusia biasa. Tp aku jg tdk perlu dikasihani.
Smoga kita sm2 blajar pentingnya mlihat dr sudut pandang org lain.
Btw, thx 4 remind me ttg hdp cm skali.Mungkin seperti ini aku yang sedang meratap...hehehe... (pict source) |
The hardest thing you can do is smile when you are ill, in pain, or depressed.
But this no-cost remedy is a necessary first half-step if you are to start on the road to recovery.
~Allen Klein~
0 comments:
Posting Komentar