Aku sayang dia. Sangat!
Entah bagaimana rasa ini bisa
kukatakan padanya. Aku tidak punya kekuatan untuk melawan rasa. Sekuat apa pun
aku menghindar, toh, rasa itu muncul lagi ketika melihatnya menghampiriku.
Melihatnya mendekat di bawah rinai
hujan, seperti mengumpulkan serpihan kertas yang telah terkoyak dan porak
poranda. Menatapnya dari kejauhan seperti menamparku bahwa aku telah kalah
untuk tidak menghiraukannya.
Sakit yang sudah kubungkus dengan
senyum akhirnya harus kembali berujung luka. Betapa aku sempat kehilangan
kesadaran bahwa telah ada hati yang dipilih. Aku sungguh tidak ingin tersenyum
ataupun menangis menyadari hatiku tidak dipilih.
Aku tidak mau seperti ini kalau ingat
dia sepuluh
tahun lagi atau dua puluh
tahun lagi. Tapi apakah aku sanggup? Sedangkan sebaris kalimat tentang rindu telah mampu
menghancurkan pertahanan yang kubangun tinggi.
Masih bisakah aku menahan semua air
mata setelah pengabaian yang dia buat? Masih bisakah aku menerima segala
pengabaiannya? Masih kuatkah aku?
Sepuluh atau dua puluh tahun kemudian,
aku mungkin masih akan berpura-pura tersenyum di hadapannya. Aku mungkin masih
merasakan sakit dan terluka ketika melihatnya bersama orang lain. Atau mungkin,
aku akan memilih tidak menatapnya sebelum perasaanku kembali hadir lalu berubah
menjadi pisau yang mengoyak luka lama.
Aku tidak ingin melupakannya meski dia
telah lupa sama sekali tentang aku. Aku akan membiarkannya tetap hidup meski
aku harus selalu merasa sakit menerima suguhan semua kemesraan itu. Aku yang
akan mencoba bahagia melihat hidupnya yang begitu sempurna.
Apakah semua orang bisa mengingkari
pandangan mata mereka? Tidak ada seorang pun yang tidak percaya bahwa
menjadikan seseorang sebagai calon istri adalah hidup yang tidak sempurna. Maka
tidak salah ketika kusebut hidupnya lengkap dan sempurna tanpa aku.
Kepadamu,
Aku menyayangimu dan tidak tahu bagaimana aku
berkompromi dengan segala rasa cemburu ketika kulihat gambar mesramu
bersamanya. Dan sejujurnya aku lelah dengan semua pengabaian
yang kau buat. Akuilah bahwa jauh di dasar hatimu kau telah menghapusku dan
tidak lagi merindukanku. Aku akan baik-baik saja.
Picture here |